BAB I
PENDAHULUAN
1. MAKSUD DAN TUJUAN
- Untuk mengingat kembali
tentang bagaimana Islam masuk ke nusantara.
- Mengetahui secara lebih
lanjut tentang bagaimana islam masuk ke nusantara
- Supaya kita bisa mencontoh bagaimana cara
berdakwah yang baik
- Mengenang kembali jasa-jasa para pejuang
terdahulu
- Mengetahui
kerajaan-kerajaan islam yang dulu pernah ada di nusantara
1. SISTEMATIKA PENULISAN
Lembar Judul
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. MAKSUD DAN TUJUAN
1.2. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB II PERKEMBANGAN ISLAM DI
NUSANTARA
2.1. AWAL MASUKNYA ISLAM DI
NUSANTARA
2.2. CARA MASUKNYA ISLAM DI NUSANTARA
2.2.1. Perdagangan
2.2.2. Pendidikan
2.2.3. Kurtural
2.2.4. Kuasa Politik
2.3. KERAJAAN ISLAM DI NUSANTARA
2.3.1. Kerajaan Perlak
2.3.2.
Kerajaan Samudra Pasai
2.3.3.
Kerajaan Aceh
2.3.4.
Kerajaan Demak Dan Pajang
2.3.5.
Kerajaan Mataram
2.3.6. Kerajaan Banten
3.7. Kerajaan Cirebon
3.8. Kerajaan Gowa-Tallo
3.9. Kerajaan Ternate Dan
Tidore
BAB III KESIMPULAN
BAB II
PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA
A. Awal Masuknya Islam Di Nusantara
Ketika Islam datang di Indonesia,
berbagai agama dan kepercayaan seperti animisme, dinamisme, Hindu dan Budha,
sudah banyak dianut oleh bangsa Indonesia bahkan dibeberapa wilayah kepulauan
Indonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu dan Budha.
Misalnya kerajaan Kutai di Kalimantan Timur, kerajaan Taruma Negara di Jawa
Barat, kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan sebagainya. Namun Islam datang ke
wilayah-wilayah tersebut dapat diterima dengan baik, karena Islam datang dengan
membawa prinsip-prinsip perdamaian, persamaan antara manusia (tidak ada kasta),
menghilangkan perbudakan dan yang paling penting juga adalah masuk kedalam
Islam sangat mudah hanya dengan membacadua kalimah syahadat dan tidak ada
paksaan.
Tentang kapan Islam datang
masuk ke Indonesia, menurut kesimpulan seminar “ masuknya Islam di Indonesia”
pada tanggal 17 s.d 20 Maret 1963 di Medan, Islam masuk ke Indonesia pada abad
pertama hijriyah atau pada abad ke tujuh masehi. Menurut sumber lain
menyebutkan bahwa Islam sudah mulai ekspedisinya ke Nusantara pada masa
Khulafaur Rasyidin (masa pemerintahan Abu Bakar Shiddiq, Umar bin Khattab,
Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib), disebarkan langsung dari Madinah.
B. Cara Masuknya Islam Di Nusantara
Islam masuk ke Nusantara, bukan
dengan peperangan ataupun penjajahan. Islam berkembang dan tersebar di
Indonesia justru dengan cara damai dan persuasif berkat kegigihan para ulama.
Karena memang para ulama berpegang teguh pada prinsip yaitu ”Tidak ada paksaan
dalam agama”(Q.S. al-Baqarah ayat 256).Adapun cara masuknya Islam di Nusantara
melalui beberapa cara antara lain.
1. Perdagangan
Jalur ini dimungkinkan karena orang-orang melayu telah
lama menjalin kontak dagang dengan orang Arab. Apalagi setelah berdirinya
kerajaan Islam seperti kerajaan Islam Malaka dan kerajaan Samudra Pasai di
Aceh, maka makin ramailah para ulama dan pedagang Arab datang ke Nusantara
(Indonesia). Disamping mencari keuntungan duniawi juga mereka mencari keuntungan
rohani yaitu dengan menyiarkan Islam. Artinya mereka berdagang sambil menyiarkan
agama Islam.
2. Kultural
Artinya penyebaran Islam di
Indonesia juga menggunakan media-media kebudayaan, sebagaimana yang dilakukan
oleh para wali sanga di pulau jawa. Misalnya Sunan Kali Jaga dengan
pengembangan kesenian wayang. Ia mengembangkan wayang kulit, mengisi wayang
yang bertema Hindu dengan ajaran Islam. Sunan Muria dengan pengembangan
gamelannya. Kedua kesenian tersebut masih digunakan dan digemari masyarakat
Indonesia khususnya jawa sampai sekarang. Sedang Sunan Giri menciptakan banyak
sekali mainan anak-anak, seperti jalungan, jamuran, ilir-ilir dan cublak suweng
dan lain-lain.
3. Pendidikan
Pesantren merupakan salah satu
lembaga pendidikan yang paling strategis dalam pengembangan Islam di Indonesia.
Para da’i dan muballig yang menyebarkan Islam diseluruh pelosok Nusantara
adalah keluaran pesantren tersebut. Datuk Ribandang yang mengislamkan kerajaan
Gowa-Tallo dan Kalimantan Timur adalah keluaran pesantren Sunan Giri.
Santri-santri Sunan Giri menyebar ke pulau-pulau seperti Bawean, Kangean,
Madura, Haruku, Ternate, hingga ke Nusa Tenggara. Dan sampai sekarang pesantren
terbukti sangat strategis dalam memerankan kendali penyebaran Islam di seluruh
Indonesia.
4. Kekuasaan politik
Artinya penyebaran Islam di
Nusantara, tidak terlepas dari dukungan yang kuat dari para Sultan. Di pulau
Jawa, misalnya keSultanan Demak, merupakan pusat dakwah dan menjadi pelindung
perkembangan Islam. Begitu juga raja-raja lainnya di seluruh Nusantara. Raja
Gowa-Tallo di Sulawesi selatan melakukan hal yang sama sebagaimana yang
dilakukan oleh Demak di Jawa. Dan para Sultan di seluruh Nusantara melakukan
komunikasi, bahu membahu dan tolong menolong dalam melindungi dakwah Islam di
Nusantara. Keadaan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya negara nasional Indonesia
dimasa mendatang.
C. Kerjaan Islam Di Nusantara
1. Kerajaan Perlak
Perlak adalah
kerajaan Islam tertua di Indonesia. Perlak adalah sebuah kerajaan dengan masa pemerintahan
cukup panjang. Kerajaan yang berdiri pada tahun 840 ini berakhir pada tahun
1292 karena bergabung dengan Kerajaan Samudra Pasai. Sejak berdiri sampai
bergabungnya Perlak dengan Samudrar Pasai, terdapat 19 orang raja yang
memerintah. Raja yang pertama ialah Sultan Alaidin Saiyid Maulana Abdul Aziz
Syah (225 – 249 H / 840 – 964 M). Sultan bernama asli Saiyid Abdul Aziz pada
tanggal 1 Muhharam 225 H dinobatkan menjadi Sultan Kerajaan Perlak. Setelah
pengangkatan ini, Bandar Perlak diubah menjadi Bandar Khalifah.Kerajaan ini
mengalami masa jaya pada masa pemerintahan Sultan Makhdum Alaidin Malik
Muhammad Amin Syah II Johan Berdaulat (622-662 H/1225-1263 M).Pada masa
pemerintahannya, Kerajaan Perlak mengalami kemajuan pesat terutama dalam bidang
pendidikan Islam dan perluasan dakwah Islamiah. Sultan mengawinkan dua
putrinya: Putri Ganggang Sari (Putri Raihani) dengan Sultan Malikul Saleh dari
Samudra Pasai serta Putri Ratna Kumala dengan Raja Tumasik (Singapura
sekarang).Perkawinan ini dengan parameswara Iskandar Syah yang kemudian
bergelar Sultan Muhammad Syah.
Sultan Makhdum
Alaidin Malik Muhammad Amin Syah II Johan Berdaulat kemudian digantikan oleh
Sultan Makhdum Alaidin Malik Abdul Aziz Syah Johan Berdaulat (662-692
H/1263-1292 M). Inilah sultan terakhir Perlak. Setelah beliau wafat, Perlak
disatukan dengan Kerajaan Samudra Pasai dengan raja Muhammad Malikul Dhahir
yang adalah Putra Sultan Malikul Saleh dengan Putri Ganggang Sari.Perlak
merupakan kerajaan yang sudah maju. Hal ini terlihat dari adanya mata uang
sendiri. Mata uang Perlak yang ditemukan terbuat dari emas (dirham), dari perak
(kupang), dan dari tembaga atau kuningan.
2. Kerajaan
Samudera Pasai
Kerajaan ini didirikan oleh
Sultan Malik Al-saleh dan sekaligus sebagai raja pertama pada abad ke-13.
Kerajaan Samudera Pasai terletak di sebelah utara Perlak di daerah Lhok Semawe
sekarang (pantai timur Aceh).Sebagai sebuah kerajaan, raja silih berganti
memerintah di Samudra Pasai. Raja-raja yang pernah memerintah Samudra Pasai
adalah seperti berikut:
(1) Sultan Malik Al-saleh berusaha meletakkan
dasar-dasar kekuasaan Islam dan berusaha mengembangkan kerajaannya antara lain
melalui perdagangan dan memperkuat angkatan perang. Samudra Pasai berkembang
menjadi negara maritim yang kuat di Selat Malaka.
(2) Sultan Muhammad (Sultan Malik al Tahir I)
yang memerintah sejak 1297-1326. Pada masa pemerintahannya Kerajaan Perlak
kemudian disatukan dengan Kerajaan Samudra Pasai.
(3) Sultan Malik al Tahir II (1326 – 1348 M).
Raja yang bernama asli Ahmad ini sangat teguh memegang ajaran Islam dan aktif
menyiarkan Islam ke negeri-negeri sekitarnya.
Akibatnya, Samudra Pasai berkembang sebagai
pusat penyebaran Islam. Pada masa pemerintahannya, Samudra Pasai memiliki
armada laut yang kuat sehingga para pedagang merasa aman singgah dan berdagang
di sekitar Samudra Pasai. Namun, setelah muncul Kerajaan Malaka, Samudra Pasai
mulai memudar. Pada tahun 1522 Samudra Pasai diduduki oleh Portugis. Keberadaan
Samudra Pasai sebagai kerajaan maritim digantikan oleh Kerajaan Aceh yang
muncul kemudian.Catatan lain mengenai kerajaan ini dapat diketahui dari tulisan
Ibnu Battuta, seorang pengelana dari Maroko. Menurut Battuta, pada tahun 1345,
Samudera Pasai merupakan kerajaan dagang yang makmur. Banyak pedagang dari
Jawa, Cina, dan India yang datang ke sana. Hal ini mengingat letak Samudera
Pasai yang strategis di Selat Malaka. Mata uangnya uang emas yang disebur
deureuham (dirham).Di bidang agama, Samudera Pasai menjadi pusat studi Islam.
Kerajaan ini menyiarkan Islam sampai ke Minangkabau, Jambi, Malaka, Jawa,
bahkan ke Thailand. Dari Kerajaan Samudra Pasai inilah kader-kader Islam
dipersiapkan untuk mengembangkan Islam ke berbagai daerah. Salah satunya ialah
Fatahillah. Ia adalah putra Pasai yang kemudian menjadi panglima di Demak
kemudian menjadi penguasa di Banten.
3. Kerajaan
Aceh
Kerajaan Islam berikutnya di
Sumatra ialah Kerajaan Aceh. Kerajaan yang didirikan oleh Sultan Ibrahim yang
bergelar Ali Mughayat Syah (1514-1528), menjadi penting karena mundurnya
Kerajaan Samudera Pasai dan berkembangnya Kerajaan Malaka.Para pedagang
kemudian lebih sering datang ke Aceh.Pusat pemerintahan Kerajaan Aceh ada di
Kutaraja (Banda Acah sekarang). Corak pemerintahan di Aceh terdiri atas dua
sistem: pemerintahan sipil di bawah kaum bangsawan, disebut golongan teuku; dan
pemerintahan atas dasar agama di bawah kaum ulama, disebut golongan tengku atau
teungku.
Sebagai sebuah kerajaan, Aceh
mengalami masa maju dan mundur. Aceh mengalami kemajuan pesat pada masa
pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607- 1636). Pada masa pemerintahannya, Aceh
mencapai zaman keemasan. Aceh bahkan dapat menguasai Johor, Pahang, Kedah,
Perak di Semenanjung Melayu dan Indragiri, Pulau Bintan, dan Nias. Di samping
itu, Iskandar Muda juga menyusun undang-undang tata pemerintahan yang disebut
Adat Mahkota Alam.Setelah Sultan Iskandar Muda, tidak ada lagi sultan yang
mampu mengendalikan Aceh. Aceh mengalami kemunduran di bawah pimpinan Sultan
Iskandar Thani (1636- 1641). Dia kemudian digantikan oleh permaisurinya, Putri
Sri Alam Permaisuri (1641- 1675).
Sejarah mencatat Aceh makin hari makin lemah
akibat pertikaian antara golongan teuku dan teungku, serta antara golongan
aliran syiah dan sunnah sal jama’ah. Akhirnya, Belanda berhasil menguasai Aceh
pada tahun 1904.Dalam bidang
sosial,
letaknya yang strategis di titik sentral jalur perdagangan internasional di
Selat Malaka menjadikan Aceh makin ramai dikunjungi pedangang Islam.Terjadilah
asimilasi baik di bidang sosial maupun
ekonomi.
Dalam
kehidupan
bermasyarakat, terjadi perpaduan antara adat istiadat dan ajaran
agama Islam. Pada
sekitar abad ke-16 dan 17 terdapat empat orang ahli tasawuf di Aceh, yaitu
Hamzah Fansuri, Syamsuddin as-Sumtrani, Nuruddin ar-Raniri, dan Abdurrauf dari
Singkil.Keempat ulama ini sangat berpengaruh bukan hanya di Aceh tetapi juga
sampai ke Jawa.Dalam kehidupan ekonomi, Aceh berkembang dengan pesat pada masa
kejayaannya. Dengan menguasai daerah pantai barat dan timur Sumatra, Aceh
menjadi kerajaan yang kaya akan sumber
daya alam, seperti
beras, emas, perak dan timah serta rempah-rempah.
4. Kerajaan Demak dan Kerajaan Pajang
Demak adalah kerajaan Islam
pertama di Pulau Jawa. Kerajaan yang didirikan oleh Raden Patah ini pada
awalnya adalah sebuah wilayah dengan nama Glagah atau Bintoro yang berada di
bawah kekuasaan Majapahit. Majapahit mengalami kemunduran pada akhir abad
ke-15. Kemunduran ini memberi peluang bagi Demak untuk berkembang menjadi
kota
besar dan pusat perdagangan. Dengan bantuan para ulama Walisongo, Demak
berkembang menjadi pusat penyebaran
agama Islam di Jawa dan wilayah timur Nusantara.Sebagai
kerajaan, Demak diperintah silih berganti oleh raja-raja. Demak didirikan oleh
Raden Patah (1500-1518) yang bergelar Sultan Alam Akhbar al Fatah. Raden Patah
sebenarnya adalah Pangeran Jimbun, putra raja Majapahit. Pada masa
pemerintahannya, Demak berkembang pesat. Daerah kekuasaannya meliputi daerah
Demak sendiri, Semarang, Tegal, Jepara dan sekitarnya, dan cukup berpengaruh di
Palembang dan Jambi di Sumatera, serta beberapa wilayah di Kalimantan. Karena
memiliki bandar-bandar penting seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Gresik, Raden
Patah memperkuat armada lautnya sehingga Demak berkembang menjadi
negara
maritim yang kuat. Dengan kekuatannya itu, Demak mencoba menyerang Portugis
yang pada saat itu menguasai Malaka. Demak membantu Malaka karena kepentingan
Demak turut terganggu dengan hadirnya Portugis di Malaka. Namun, serangan itu
gagal.Raden Patah kemudian digantikan oleh Adipati Unus (1518-1521). Walau ia
tidak memerintah lama, tetapi namanya cukup terkenal sebagai panglima perang
yang berani.Ia berusaha membendung pengaruh Portugis jangan sampai meluas ke
Jawa. Karena mati muda, Adipati Unus kemudian digantikan oleh adiknya, Sultan
Trenggono (1521-1546). Di bawah pemerintahannya, Demak mengalami masa kejayaan.
Trenggono berhasil membawa Demak memperluas wilayah kekuasaannya.
Pada tahun 1522, pasukan Demak di bawah
pimpinan Fatahillah menyerang Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Baru pada
tahun 1527, Sunda Kelapa berhasil direbut. Dalam penyerangan ke Pasuruan pada
tahun
1546, Sultan Trenggono gugur.Sepeninggal Sultan Trenggono, Demak mengalami
kemunduran. Terjadi perebutan kekuasaan antara Pangeran Sekar Sedolepen,
saudara Sultan Trenggono yang seharusnya menjadi raja dan Sunan Prawoto, putra
sulung Sultan Trenggono. Sunan Prawoto kemudian dikalahkan oleh Arya
Penangsang, anak Pengeran Sekar Sedolepen.Namun, Arya Penangsang pun kemudian
dibunuh oleh Joko Tingkir, menantu Sultan Trenggono yang menjadi Adipati di
Pajang. Joko Tingkir (1549-1587) yang kemudian bergelar Sultan Hadiwijaya
memindahkan pusat Kerajaan Demak ke Pajang.Kerajaannya kemudian dikenal dengan
nama Kerajaan Pajang.Sultan Hadiwijaya kemudian membalas jasa para pembantunya
yang telah berjasa dalam pertempuran melawan Arya Penangsang. Mereka adalah Ki
Ageng Pemanahan menerima hadiah berupa tanah di daerah Mataram (Alas Mentaok),
Ki Penjawi dihadiahi wilayah di daerah Pati, dan keduanya sekaligus diangkat
sebagai bupati di daerahnya masing-masing. Bupati Surabaya yang banyak berjasa
menundukkan daerah-daerah di Jawa Timur diangkat sebagai wakil raja dengan
daerah kekuasaan Sedayu, Gresik, Surabaya, dan Panarukan.Ketika Sultan
Hadiwijaya meninggal, beliau digantikan oleh putranya Sultan Benowo. Pada masa
pemerintahannya, Arya Pangiri, anak dari Sultan Prawoto melakukan
pemberontakan. Namun, pemberontakan tersebut dapat dipadamkan oleh Pangeran
Benowo dengan bantuan Sutawijaya, anak angkat Sultan Hadiwijaya. Tahta Kerajaan
Pajang kemudian diserahkan Pangeran Benowo kepada Sutawijaya. Sutawijaya
kemudian memindahkan pusat Kerajaan Pajang ke Mataram.Di bidang keagamaan,
Raden Patah dan dibantu para wali, Demak tampil sebagai pusat penyebaran Islam.
Raden Patah kemudian membangun sebuah masjid yang megah, yaitu Masjid
Demak.Dalam bidang perekonomian, Demak merupakan pelabuhan transito
(penghubung) yang penting. Sebagai pusat perdagangan Demak memiliki
pelabuhan-pelabuhan penting, seperti Jepara, Tuban, Sedayu,
Gresik.
Bandar-bandar tersebut menjadi penghubung daerah penghasil rempah-rempah dan
pembelinya. Demak juga memiliki penghasilan besar dari hasil pertaniannya yang
cukup besar. Akibatnya, perekonomian Demak berkembang degan pesat.
5. Kerajaan Mataram
Sutawijaya yang mendapat
limpahan Kerajaan Pajang dari Sutan Benowo kemudian memindahkan pusat
pemerintahan ke daerah kekuasaan ayahnya, Ki Ageng Pemanahan, di Mataram.
Sutawijaya kemudian menjadi raja Kerajaan Mataram dengan gelar Panembahan
Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama.Pemerintahan Panembahan Senopati
(1586-1601) tidak berjalan dengan mulus karena diwarnai oleh
pemberontakan-pemberontakan. Kerajaan yang berpusat di Kotagede (sebelah
tenggara kota Yogyakarta sekarang) ini selalu terjadi perang untuk menundukkan
para bupati yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Mataram, seperti Bupati
Ponorogo, Madiun, Kediri, Pasuruan bahkan Demak. Namun, semua daerah itu dapat
ditundukkan. Daerah yang terakhir dikuasainya ialah Surabaya dengan bantuan
Sunan Giri.Setelah Senopati wafat, putranya Mas Jolang (1601-1613) naik tahta
dan bergelar Sultan Anyakrawati. Dia berhasil menguasai Kertosono, Kediri, dan
Mojoagung. Ia wafat dalam pertempuran di daerah Krapyak sehingga kemudian
dikenal dengan Pangeran Sedo Krapyak.Mas Jolang kemudian digantikan oleh Mas
Rangsang (1613-1645). Raja Mataram yang bergelar Sultan Agung Senopati ing
Alogo Ngabdurracham ini kemudian lebih dikenal dengan nama Sultan Agung.
Pada masa pemerintahannya,
Mataram mencapai masa keemasan. Pusat pemerintahan dipindahkan ke Plered.
Wilayah kekuasaannya meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sebagian Jawa Barat.
Sultan Agung ber
cita-cita mempersatukan Jawa. Karena merasa sebagai penerus
Kerajaan Demak, Sultan Agung menganggap Banten adalah bagian dari Kerajaan
Mataram. Namun, Banten tidak mau tunduk kepada Mataram. Sultan Agung kemudian
berniat untuk merebut Banten.Namun, niatnya itu terhambat karena ada VOC yang
menguasai Sunda Kelapa. VOC juga tidak menyukai Mataram. Akibatnya, Sultan
Agung harus berhadapan dulu dengan VOC. Sultan Agung dua kali berusaha
menyerang VOC: tahun 1628 dan 1629.Penyerangan tersebut tidak berhasil, tetapi
dapat membendung pengaruh VOC di Jawa.Sultan Agung membagi
sistem
pemerintahan
Kerajaan Mataram seperti berikut:
(1) Kutanegara, daerah pusat keraton. Pelaksanaan
pemerintahan dipegang oleh Patih Lebet (Patih Dalam) yang dibantu Wedana Lebet
(Wedana Dalam).
(2) Negara Agung,
daerah sekitar Kutanegara. Pelaksanaan
pemerintahan
dipegang Patih Jawi (Patih Luar) yang dibantu Wedana Jawi (Wedana Luar).
(3) Mancanegara, daerah di luar Negara Agung.
Pelaksanaan pemerintahan dipegang oleh para Bupati.
(4) Pesisir, daerah pesisir. Pelaksanaan
pemerintahan
dipegang oleh para Bupati atau syahbandar.
Sultan Agung wafat pada tahun
1645 dan digantikan oleh Amangkurat I (1645-1677). Amangkurat I menjalin
hubungan dengan Belanda. Pada masa pemerintahannya. Mataram diserang oleh
Trunojaya dari Madura, tetapi dapat digagalkan karena dibantu
Belanda.Amangkurat I kemudian digantikan oleh Amangkurat II (1677-1703). Pada
masa pemerintahannya, wilayah Kerajaan Mataram makin menyempit karena diambil
oleh Belanda.Setelah Amangkurat II, raja-raja yang memerintah Mataram sudah
tidak lagi berkuasa penuh karena pengaruh Belanda yang sangat kuat. Bahkan pada
tahun 1755, Mataram terpecah menjadi dua akibat Perjanjian
Giyanti:Ngayogyakarta Hadiningrat (Kesultanan Yogyakarta) yang berpusat di
Yogyakarta dengan raja Mangkubumi yang bergelar Hamengku
Buwono I dan Kesuhunan Surakarta yang berpusat di Surakarta dengan raja
Susuhunan Pakubuwono III. Dengan demikian, berakhirlah Kerajaan
Mataram.Kehidupan sosial ekonomi Mataram cukup maju. Sebagai kerajaan besar,
Mataram maju hampir dalam segala bidang, pertanian, agama, budaya. Pada zaman
Kerajaan Majapahit, muncul kebudayaan Kejawen, gabungan antara kebudayaan asli
Jawa, Hindu, Buddha, dan Islam, misalnya upacara Grebeg, Sekaten.
Karya kesusastraan yang terkenal
adalah Sastra Gading karya Sultan Agung. Pada tahun 1633, Sultan Agung
mengganti perhitungan tahun Hindu yang berdasarkan perhitungan matahari dengan
tahun Islam yang berdasarkan perhitungan bulan.
6. Kerajaan Banten
Kerajaan yang terletak di
barat Pulau Jawa ini pada awalnya merupakan bagian dari Kerajaan Demak. Banten
direbut oleh pasukan Demak di bawah pimpinan Fatahillah. Fatahillah adalah
menantu dari Syarif Hidayatullah. Syarif Hidayatullah adalah salah seorang wali
yang diberi kekuasaan oleh Kerajaan Demak untuk memerintah di Cirebon. Syarif
Hidayatullah memiliki 2 putra laki-laki, pangeran Pasarean dan Pangeran
Sabakingkin. Pangeran Pasareaan berkuasa di Cirebon. Pada tahun 1522, Pangeran
Saba Kingkin yang kemudian lebih dikenal dengan nama Hasanuddin diangkat
menjadi Raja Banten.Setelah Kerajaan Demak mengalami kemunduran, Banten
kemudian melepaskan diri dari Demak. Berdirilah Kerajaan Banten dengan rajanya
Sultan Hasanudin (1522- 1570). Pada masa pemerintahannya, pengaruh Banten
sampai ke Lampung. Artinya, Bantenlah yang menguasai jalur perdagangan di Selat
Sunda. Para pedagang dari Cina, Persia, Gujarat, Turki banyak yang mendatangi
bandar-bandar di Banten.
Kerajaan Banten berkembang
menjadi pusat perdagangan selain karena letaknya sangat strategis, Banten juga
didukung oleh beberapa faktor di antaranya jatuhnya Malaka ke tangan Portugis
(1511) sehingga para
pedagang
muslim
berpindah jalur pelayarannya melalui Selat Sunda. Faktor lainnya, Banten
merupakan penghasil lada dan beras, komoditi yang laku di pasaran dunia.Sultan
Hasanudin kemudian digantikan putranya, Pangeran Yusuf (1570-1580).Pada masa
pemerintahannya, Banten berhasil merebut Pajajaran dan Pakuan.Pangeran Yusuf
kemudian digantikan oleh Maulana Muhammad. Raja yang bergelar Kanjeng Ratu
Banten ini baru berusia sembilan tahun ketika diangkat menjadi raja. Oleh sebab
itu, dalam menjalankan roda pemerintahan, Maulana Muhammad dibantu oleh
Mangkubumi. Dalam tahun 1595, dia memimpin ekspedisi menyerang Palembang. Dalam
pertempuran itu, Maulana Muhammad gugur.Maulana Muhammad kemudian digantikan
oleh putranya Abu’lmufakhir yang baru berusia lima bulan. Dalam menjalankan
roda pemerintahan, Abu’lmufakhir dibantu oleh Jayanegara. Abu’lmufakhir
kemudian digantikan oleh Abu’ma’ali Ahmad Rahmatullah. Abu’ma’ali Ahmad
Rahmatullah kemudian digantikan oleh Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1692).Sultan
Ageng Tirtayasa menjadikan Banten sebagai sebuah kerajaan yang maju dengan
pesat. Untuk membantunya, Sultan Ageng Tirtayasa pada tahun 1671 mengangkat
purtanya, Sultan Abdulkahar, sebagi raja pembantu. Namun, sultan yang bergelar
Sultan Haji berhubungan dengan Belanda. Sultan Ageng Tirtayasa yang tidak
menyukai hal itu berusaha mengambil alih kontrol pemerintahan, tetapi tidak
berhasil karena Sultan Haji didukung Belanda. Akhirnya, pecahlah perang
saudara. Sultan Ageng Tirtayasa tertangkap dan dipenjarakan. Dengan demikian,
lambat laun Banten mengalami kemunduran karena tersisih oleh Batavia yang
berada di bawah kekuasaan Belanda.
7. Kerajaan Cirebon
Kerajaan yang terletak di
perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah didirikan oleh salah seorang
anggota Walisongo, Sunan Gunung Jati dengan gelar Syarif Hidayatullah.Syarif
Hidayatullah membawa kemajuan bagi Cirebon. Ketika Demak mengirimkan pasukannya
di bawah Fatahilah (Faletehan) untuk menyerang Portugis di Sunda Kelapa, Syarif
Hidayatullah memberikan bantuan sepenuhnya. Bahkan pada tahun 1524, Fatahillah
diambil menantu oleh Syarif Hidayatullah. Setelah Fatahillah berhasil mengusir
Portugis dari Sunda Kelapa, Syarif Hidayatullah meminta Fatahillah untuk
menjadi Bupati di Jayakarta.Syarif Hidayatullah kemudian digantikan oleh
putranya yang bernama Pangeran Pasarean. Inilah raja yang menurunkan raja-raja
Cirebon selanjutnya.Pada tahun 1679, Cirebon terpaksa dibagi dua, yaitu
Kasepuhan dan Kanoman.Dengan politik de vide at impera yang dilancarkan Belanda
yang pada saat itu sudah berpengaruh di Cirebon, kasultanan Kanoman dibagi dua
menjadi Kasultanan Kanoman dan Kacirebonan. Dengan demikian, kekuasaan Cirebon
terbagi menjadi 3, yakni Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan. Cirebon berhasil
dikuasai VOC pada akhir abad ke-17.
8. Kerajaan Gowa-Tallo
Kerajaan yang terletak di
Sulawesi Selatan sebenarnya terdiri atas dua kerjaan, Gowa dan Tallo. Kedua
kerajaan ini kemudian bersatu. Raja Gowa, Daeng Manrabia, menjadi raja bergelar
Sultan Alauddin dan Raja Tallo, Karaeng Mantoaya,
menjadi
perdana menteri bergelar Sultan Abdullah. Karena pusat pemerintahannya terdapat
di Makassar, Kerajaan Gowa dan Tallo sering disebut sebagai Kerajaan
Makassar.Karena posisinya yang strategis di antara wilayah barat dan timur
Nusantara, Kerajaan Gowa dan Tallo menjadi bandar utama untuk memasuki
Indonesia Timur yang
kaya
rempah-rempah. Kerajaan Makassar memiliki pelaut-pelaut yang tangguh terutama
dari daerah Bugis. Mereka inilah yang memperkuat barisan pertahanan laut
Makassar.Raja yang terkenal dari kerajaan ini ialah Sultan Hasanuddin
(1653-1669).
Hasanuddin berhasil memperluas
wilayah kekuasaan Makassar baik ke atas sampai ke Sumbawa dan sebagian Flores
di selatan.Karena merupakan bandar utama untuk memasuki Indonesia Timur,
Hasanuddin bercita-cita menjadikan Makassar sebagai pusat kegiatan perdagangan
di Indonesia bagian Timur. Hal ini merupakan ancaman bagi Belanda sehingga
sering terjadi pertempuran dan perampokan terhadap armada Belanda. Belanda
kemudian menyerang Makassar dengan bantuan Aru Palaka, raja Bone. Belanda
berhasil memaksa Hasanuddin, Si Ayam Jantan dari Timur itu menyepakati
Perjanjian Bongaya pada tahun 1667. Isi perjanjian itu ialah: Belanda mendapat
monopoli dagang di Makassar, Belanda boleh mendirikan benteng di Makassar,
Makassar harus melepaskan jajahannya, dan Aru Palaka harus diakui sebagai Raja
Bone.Sultan Hasanuddin kemudian digantikan oleh Mapasomba. Namun, Mapasomba
tidak berkuasa lama karena Makassar kemudian dikuasai Belanda, bahkan seluruh
Sulawesi Selatan.Tata kehidupan yang tumbuh di Makassar dipengaruhi oleh
hukum
Islam.Kehidupan perekonomiannya
berdasarkan pada ekonomi maritim: perdagangan dan pelayaran. Sulawesi Selatan
sendiri merupakan daerah pertanian yang subur.
Daerah-daerah taklukkannya di tenggara seperti
Selayar dan Buton serta di selatan seperti Lombok, Sumbawa, dan Flores juga
merupakan daerah yang kaya dengan sumber daya alam. Semua itu membuat Makassar
mampu memenuhi semua kebutuhannya bahkan mampu mengekspor.Karena memiliki
pelaut-pelaut yang tangguh dan terletak di pintu masuk jalur perdagangan
Indonesia Timur, disusunlah Ade’Allapialing Bicarana Pabbalri’e, sebuah tata
hukum niaga dan perniagaan dan sebuah naskah lontar yang ditulis oleh Amanna
Gappa.
9. Kerajaan Ternate Dan Tidore
Ternate merupakan kerajaan
Islam di timur yang berdiri pada abad ke-13 dengan raja Zainal Abidin
(1486-1500). Zainal Abidin adalah murid dari Sunan Giri di Kerajaan Demak.
Kerajaan Tidore berdiri di pulau lainnya dengan Sultan Mansur sebagai
raja.Kerajaan yang terletak di Indonesia Timur menjadi incaran para pedagang
karena Maluku kaya akan rempah-rempah. Kerajaan Ternate cepat berkembang berkat
hasil rempah-rempah terutama cengkih.
Ternate dan Tidore hidup
berdampingan secara damai. Namun, kedamaian itu tidak berlangsung selamanya.
Setelah Portugis dan Spanyol datang ke Maluku, kedua kerajaan berhasil diadu
domba. Akibatnya, antara kedua kerajaan tersebut terjadi persaingan. Portugis
yang masuk Maluku pada tahun 1512 menjadikan Ternate sebagai sekutunya dengan
membangun benteng Sao Paulo. Spanyol yang masuk Maluku pada tahun 1521
menjadikan Tidore sebagai sekutunya.Dengan berkuasanya kedua bangsa Eropa itu
di Tidore dan Ternate, terjadi pertikaian terus-menerus. Hal itu terjadi karena
kedua bangsa itu sama-sama ingin memonopoli hasil bumi dari kedua kerajaan
tersebut. Di lain pihak, ternyata bangsa Eropa itu bukan hanya berdagang tetapi
juga berusaha menyebarkan
ajaran agama mereka. Penyebaran agama ini mendapat
tantangan dari Raja Ternate, Sultan Khairun (1550-1570). Ketika diajak
berunding oleh Belanda di benteng Sao Paulo, Sultan Khairun dibunuh oleh
Portugis.Setelah sadar bahwa mereka diadu domba, hubungan kedua kerajaan
membaik kembali.
Sultan Khairun kemudian digantikan oleh Sultan
Baabullah (1570-1583). Pada masa pemerintahannya, Portugis berhasil diusir dari
Ternate. Keberhasilan itu tidak terlepas dari bantuan Sultan Tidore. Sultan
Khairun juga berhasil memperluas
daerah kekuasaan Ternate sampai ke Filipina.Sementara itu,
Kerajaan Tidore mengalami kemajuan pada masa
pemerintahan Sultan Nuku. Sultan Nuku berhasil memperluas
pengaruh Tidore sampai ke Halmahera, Seram, bahkan Kai di selatan dan Misol di
Irian.Dengan masuknya Spanyol dan Portugis ke Maluku,
kehidupan
beragama dan bermasyarakat di Maluku jadi beragam: ada Katolik, Protestan, dan
Islam. Pengaruh Islam sangat terasa di Ternate dan Tidore. Pengaruh Protestan
sangat terasa di Maluku bagian tengah dan pengaruh Katolik sangat terasa di
sekitar Maluku bagian selatan.Maluku adalah daerah penghasil rempah-rempah yang
sangat terkenal bahkan sampai ke Eropa. Itulah komoditi yang menarik
orang-orang Eropa dan Asia datang ke Nusantara. Para pedagang itu membawa
barang-barangnya dan menukarkannya dengan rempah-rempah. Proses perdagangan ini
pada awalnya menguntungkan masyarakat setempat. Namun, dengan berlakunya
politik monopoli perdagangan, terjadi kemunduran di berbagai bidang, termasuk
kesejahteraan masyarakat.
BAB III
KESIMPULAN
Islam masuk ke nusantara
sekitar abad ke 7 masehi dan sebelum islam masuk di nusantara , sudah banyak
agama dan kepercayaan yang berkembang seperti animisme, dinamisma,hindu, budha.
Islam masuk di nusantara melalui berbagai macam cara yaitu melalui perdagangan,
kurtural, pendidikan, kekuasaan politik.
Setelah islam masuk di
nusantara, islam langsung berkembang dengan sangat pesat dan semakin banyak
orang yang masuk islam karena cara penyebaran islam sangat bagus dan tanpa
paksaan. Karena semakin banyak orang yang memeluk agama islam sehingga hal ini
menyebabkan mulai banyak kerajaan
kerajaan islam yeng berdiri di nusantara. Kerajaan yang pertama berdiri di nusantara
adalah samudera pasai, dan setelah itu makin banyak kerajaan kerajaan yang
berdiri seperti Demak, Cirebon, Ternate, Tidore, Aceh, Perlak, Banten, dll.